Artikel Islami |
09 November 2010 - 06:08 |
oleh : Muhammad Syamlan, Lc. |
Setelah perbedaan penentuan Idul Fithri dua tahun lalu, kini kita kembali "dibingungkan" dengan penentuan Idul Adlha. Ada fihak yang menentukan hari Selasa, bertepatan dengan tanggal 16 November dan ada pihak yang menetapkan baru besoknya, yaitu hari Rabu 17 November. Barangkali ada yang sampai tak habis pikir, bagaimana ini bisa terjadi? 'Idul Fithri berbeda, Idul Adlha juga berbeda! Dalam soal penentuan Idul Fithri, barangkali masih punya dalil yang bisa diterima untuk berbeda karena perhitungan-perhitungan matla' antar wilayah yang bisa berbeda di samping pedoman hisab dan rukyah yang sulit dipertemukan, meskipun jelas menurut jumhurul ulama (selain madzab Syafi'i) ummat Islam sedunia hendaknya marayakan Idul Fithri pada hari yang sama. (Lihat Alfiqhul Islami waadillatuh, Wahbah Zuhaili ). Tapi dalam persoalan penentuan 'Idul Adlha ini ada pedoman yang seharusnya menjadikannya sangat jelas yaitu rangkaian ibadah haji yang diikuti oleh seluruh jama'ah dari berbagai penjuru dunia tanpa ada perselisihan di antara mereka khususnya dalam menetapkan kapan Wuquf di Arafah dan hari penyembilihan kurban ( yaumun nahr ). "Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengedarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh." (Al-Haj: 27). Perlu dimaklumi bersama bahwa pelaksanaan Shalat 'Idul Adha adalah dilakukan pada hari "Nahr" yaitu pada saat jama'ah haji melakukan penyembelihan hewan qurban di Mina pada tanggal 10 Dzulhijjah, sepulang dari 'Arafah. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari 'Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw pernah bersabda: "Hari ('Idul) Fithr kamu adalah pada hari kamu berbuka (selesai Ramadhan), dan hari ('idul) Adlha kamu adalah saat kamu menyembelih hewan qurban, dan hari (wukuf di) 'Arafah kamu pada hari yang kamu ketahui." Penjelasan Nabi ini bersifat umum; mengenai semua orang yang hidup di zaman beliau maupun setelahnya, juga semua ummat Islam yang berada di tempat manasik haji maupun di daerah lain. Sedang puasa 'arafah yaitu sehari sebelum hari raya, sudah barang tentu bertepatan dengan jam'ah haji sedang wukuf di Arafah. Oleh karena itu, puasa arafah ini hanya sunnah bagi yang tidak sedang haji, adapun bagi yang sedang haji, maka pada hari 'arafah mereka wukuf di 'arafah justru tak boleh berpuasa. Imam Abu Dawud dan Ibnu Majah meriwayat dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah melarang berpuasa pada hari 'Arafah di 'Arafah. Puasa 'arafah disunnahkan bagi yang tidak sedang menunaikan ibadah haji, sangat jelas hikmahnya, yaitu agar seakan turut serta merasakan suasana wukuf di 'arafah itu. Dengan demikian, di zaman yang sangat canggih seperti ini, di mana jadwal dan kegiatan jama'ah haji di Makkah sana bisa kita ikuti beritanya setiap saat bahkan setiap detik jika kita mau, maka adalah suatu kenaifan bila kita dalam menentukan puasa arafah dan juga Idul Adlha punya jadwal sendiri seakan tak ada kaitan dan tak mau tahu dengan pelaksanaan ibadah haji oleh kaum muslimin yang sedang berlangsung. Dengan memperhatikan jadwal pelaksanaan ibadah haji tahun ini, yang dengan jelas telah diumumkan bahwa wuquf di arafah adalah jatuh pada hari Senin bertepatan dengan tanggal 15 November dan hari raya 'Idul Adlha adalah jatuh pada hari Selasa bertepatan dengan tnggal 16 November, maka bila kita berhari raya pada hari Rabu 17 November, berarti kita telah lewat sehari. Dan lebih tidak sinkron lagi, ketika kemarennya (hari Selasa) kita berpuasa 'Arafah mereka sudah selesai wukuf di 'Arafah dan melakukan penyembelihan hewan kurban di Mina. Maka yang tepat dengan tata-urutan pelaksanaan ibadah haji yang sekarang sedang berlangsung adalah bila kita berpuasa arafah pada hari Senin ketika mereka pada hari Senin itu benar-benar sedang wukuf di 'Arafah dan kita besoknya melakukan shalat Idul Adlha dan memotong hewan korban karena pada hari itulah yang disebut sebagai hari nahr yang artinya penyembelihan. Dan silakan untuk dilanjutkan pemotongan hewan korban itu pada tiga hari setelah itu, yang dikenal dengan hari-hari tasyriq . Hari raya dan 3 hari tasyriq itu kita tidak boleh berpuasa. Dari Abi Hurairah, bahwa Rasulullah SAW mengutus Abdullah bin Hudzaifah berkeliling Mina (agar mengumumkan), "Janganlah kalian puasa pada hari-hari ini (yaumun nahr dan 3 hari tasyriq berikutnya), karena ini adalah hari-hari makan dan minum dan dzikir kepada Allah." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Dengan penjelasan ini, penulis berharap, kita tak bisa lagi "dibingungkan" dengan adanya dua pengumuman; kapan seharusnya kita shalat Idul Adlha, termasuk puasa 'arafah, ikut yang pertama atau ikut yang kedua? Kini persoalan sudah sangat jelas, karena pelaksanaan ibadah haji yang dilakukan oleh saudara-saudara kita bisa kita saksikan langsung. Sekarang problematika memang sangat komplek, sebagaimana dalam banyak hal yang kita hadapi selalu saja kita dihapankan kepada persoalan-persoalan yang itu semua menguji kita agar kita tetap berani memilih pilihan yang jelas-jelas tepat, meskipun kadang tampak melawan arus. Nah, masihkah ada yang bingung untuk memilih kapan idul Adlha? Wallahu a'lam. Muhammad Syamlan, Lc. Pimpinan Lembaga Da'wah dan Ilmu Pengetahuan Islam Ma'had Rabbani Bengkulu Sekum MUI Prop. Bengkulu E-mail: syamlan2001@plasa.com |
Pendapat Para Pakar : Baca Quran Langgam Jawa, Haramkah?
9 tahun yang lalu